Minggu, 10 April 2011

Ketika ...

Berawal dari keinginan yang sangat menggebu-gebu dari seorang dosen di Kampus Tercinta. Belajar / melanjutkan studi ke luar negeri. Beliau saat ini masih mengambil Ph. D di salah satu Negara di kawasan Asia Pasifik. Pengumuman penerimaan sudah ditangan. Akan tetapi satu ujian mulai muncul, dalam surat penerimaan tersebut, disyaratkan untuk mempelajari TOEFL kembali. Saat itu, nilai IELTS harus 6.5, akan tetapi beliau hanya mendapat 6,0 dari hasil reading, writing, speaking, listening IELTS.Beliau sudah berulang kali tes tapi hasilnya tetap 6.0, padahal sekali tes menghabiskan dana sekitar 1,5 juta. Dengan penuh harapan, akhirnya Beliau menghubungi professor yang akan ia tempuh untuk kuliah di luar negeri. Mungkin kalau di kampus kita seperti dosen wali, entah karena gelarnya sudah prof. atau panggilannya disana tidak ada dosen wali akhirnya dipanggil prof.
Singkat cerita, Sang Prof tadi menjawab, “sudah kamu kesini saja, gpp kok kalau IELTSmu belum mencapai 6.5, kan tinggal sedikit. Nanti belajar disini saja. Kan bisa.
Jawaban dari sang prof tadi tentu saja menumbuhkan semangat dalam hidupnnya. Akhirnya beliau bersama dengan keluarganya langsung terbang ke salah satu Negara yang pernah dijajah Inggris. Karena apa, walaupun beliau sekolah Ph. D, tetapi peraturan disana mengatakan tiap mahasiswa yang memperoleh beasiswa dan sudah mempunyai anak, maka anaknya bisa belajar dengan gratis. Saat itu anaknya akan masuk SD setara dengan kelas 1 SD.
Selama kurang lebih 2 – 3 jam perjalan dengan pesawat, sampailah beliau ke Selandia Baru. Esoknya beliau langsung menuju ke kampus yang akan memberikannya ilmu yang bermanfaat. Setelah sampai di bagian tata usaha, pegawainya bilang, “maaf, prof. anda sedang sekarat karena terkena kanker prostat”. Seperti dihantam suatu cobaan yang sangat berat saja. Semangat yang tadinya membumbung tinggi, seperti dihempaskan kebawah. Sehingga saat itu agak sulit untuk bangkit. Inilah ujian pertama yang dialami ketika sudah berada di negeri orang. Kenapa kok disana prof sangat berharga sekali, karena prof disana hampir sama bertugas seperti dosen wali. Bila prof itu sudah mengalami suatu gangguan dimana dia tidak bisa mengurus lagi mahasiswanya, maka mahasiswa yang bersangkutan pun akan terkatung-terkatung. Niat ingin pulang ke Indonesia pun muncul. Tapi mau bagaimana lagi, beliau sudah mendaftar les bahasa Inggris disana dengan biaya yang tidak sedikit. Akhirnya dengan terpaksa beliau tetap disana dan belajar les di Negara tersebut.
Sambil menjalani les, beliau mencari terus prof penggantinya. Singkat cerita akhirnya ketemu prof pengganti. Ketika beliau menemui prof pengganti ini, prof ini langsung menghardiknya. “Kamu kan tahu kalau syarat beasiswa ini harus punya IELTS 6.5, kenapa kamu sudah kesini? Untuk yang kedua kali, niatan ingin pulang ke Indonesia dating. Inilah ujian keduanya. Akhirnya beliau menghubungi orang Indonesia yang pernah kuliah di tempat yang sama tetapi sekarang sudah bekerja di BPPT. Sebut saja namanya bapak danu. Intinya beliau meminta bantuan untuk dimudahkan, akan tetapi pak danu ini tidak bisa karena bukan bagian dalam kampus meskipun dulunya pak danu ini pernah menjadi asdos. Sebagai gantinya, pak danu ini menawarkan untuk pindah tempat kuliah ke Victoria yang sebelumnya di wellington. Karena pak danu ini mendapat proyek untuk pembuatan 3D modeling survey gelombang pasang surut dari kampus di wellington ini. Akhirnya beliau mau dengan tetap les bahasa inggris.
Singkat cerita kembali, proyek yang akan dikerjakan beliau dengan pak danu dibatalkan karena dana yang akan digunakan proyek akan dialihkan ke korban bencana gempa dan tsunami yang menimpa Selandia Baru. Untuk yang ketiga kali, niatan ingin pulang ke Indonesia dating lagi, karena memang sangat kecil kemungkinannya untuk melanjutkan studi. Disaat yang bersamaan, istri beliau juga drop karena anak-anak belum bisa sekolah karena ayahnya belum kuliah, bila dipaksakan masuk sekolah, maka biayanya sekitar 80 juta sekali masuk. Akhirnya beliau pulang ke Indonesia. . .
--------------
Beberapa bulan yang lalu, saat beliau masih di Indonesia, beliau mengajarkan mata kuliah yang diampunya dengan tidak enak, apakah ini bagian dari itu, Allahualam
--------------
Semangat bapak, kami mohon maaf juga pabila waktu kami diajari, kami tidak memperhatikan, kesalahan bukan hanya pada bapak, tapi ada di kami juga sebagai mahasiswa. Semoga Bapak diberi kemudahan oleh Allah SWT. Dan Allah memberikan yang terbaik



Hikmah yang sedikit bisa diambil
1. Baik-baiklah dengan prof, buka networking
2. Sempat2lah belajar selama masih muda, bukankah Rasul pernah mengajarkan “manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara”
3. Apa yang dipetik esok hari adalah hasil apa yang dilakukan sekarang. Persiapkan dirimu
4. QS Al Zalzalah ayat 7 - 8

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates