Selasa, 22 November 2011

Bola vs Islam, Emang Gue Pikirin

Garuda di dadaku
Garuda kebanggaanku
Ku yakin hari ini pasti menang

Itulah yel2 yang kudengar langsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, tapi tunggu dulu, aku pun tidak benar2 berada disana saat Indonesia melawan Malaysia di partai final sepak bola SEA Games XXVI yang dimana Indonesia menjadi tuan rumah. Aku mendengarnya hanya dari kotak ukuran 14” di Faruqi. Ada lagi suara cemoohan ketika Malaysia menguasai bola ataupun saat pemain Malaysia melakukan pelanggaran. Keadaan di GBK pun bila dilihat dari layar kaca sangat penuh sekali. Stadion terbesar dan tertua di Indonesia yang awalnya berkapasitas 100ribu tempat duduk akhirnya menyusut menjadi 80ribu tempat duduk karena direnovasi sekitar tahun 2007 untuk menghadapi Piala Asia. Meskipun jarak dari rumahku yang di tangerang dan GBK hanya memerlukan waktu 2 jam (kalau di Jakarta waktu 2 jam di perjalanan masih dikatakan normal, saking macetnya) tapi aku belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di daerah SUGBK itu, aku hanya bolak-balik melewatinya, ya melewati jalan didepannya. Kalau ada pertandingan final sepak bola yang melibatkan Indonesia, pasti daerah Senayan macet toatal, bahkan 2 jam sebelum kick off dimulai.

Berbicara tentang Malaysia vs Indonesia, mungkin bisa dibilang ini adalah pertandingan klasik apalagi bila tentang sepak bola. Mungkin bisa di analogikan itu seperti El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona atau perang derby antara Inter Milan vs AC Milan, atau yang sedang hangat sekarang itu Man United vs Man City dimana selalu menampilkan partai yang panas, keras, dan penuh emosional. Tidak salah memang bila kedua tim ngotot menampilkan yang terbaik dan berusaha untuk menang, tapi tentu saja harus sportif. Final sepak bola antara Indonesia dengan Malaysia bisa dibilang ini merupakan hiburan rakyat yang paling diminati, dimana saat mendekati hari H, semua mata menuju kesana melupakan sejenak persoalan yang sebenarnya terjadi di negeri ini, paling tidak sebagai pengalih perhatian agar tidak selalu stres.

Ganyang Malaysia adalah slogan bagaimana supporter Indonesia sangat Fanatik terhadap timnas Garuda. Harimau Malaya merupakan musuh yang harus dipermalukan dan musuh utama dibandingkan dengan tim lainnya. Sehingga persoalan seperti carut marutnya kompetisi dalam negeri, kebijakan yang diambil pengurus PSSi sekarang dan banyak peraturan yang dilanggar menjadi “sedikit terlupakan”, mereka mengalihkannya kepada slogan Ganyang Malaysia, penduduk Indonesia bersatu padu dengan sekuat tenaga sampai tetes darah penghabisan untuk mendukung timnas garuda mengganyang Harimau Malaya. Mereka sepaham, setujuan, untuk mgalahkan Malaysia.

Nah sekarang masuk pada intinya.
Di dalam Al Quran sudah dituliskan bahwa Dajjal akan turun, dimana ciri-ciri dajjal pun sudah dijelaskan. Melihat kondisi umat yang saat ini terpecah belah, banyaknya harokah, berbedanya cara yang dilakukan bahkan sampai menjunjung tinggi ashobiyah yang dianutnya, masalah yang bersifat cabang membuat Islam saat ini sulit bersatu. Islam disibukkan dengan agenda-agenda internal yang menguras tenaga hingga lupa musuh yang sebenarnya sudah mengintai. Bahkan dengan mudah, musuh Islam mengadu domba dan musuh Islam sudah menyiapkan kedatangan dajjal. Itulah mengapa (menurut saya) dajjal itu muncul, yak arena agar Islam itu bersatu, agar Islam mempunyai Musuh bersama, agar Islam tahu bahwa musuh mereka itu sama dan Islam harus bersama-sama untuk mengalahkannya. Sehingga mau tidak mau Islam itu harus melupakan masalah internal dan dituntut untuk merekatkan ukhuwah bersama dengan amal jama’I untuk menghancurkan dajjal. Umat islam saat ini memerlukan pembanding yang sangat bertolak belakan dengan Islam dan dijadikan musuh bersama untuk mengalahkannya. Sudah saatnya kita
1    .      Menunjukkan kembali komitmen kita kepada Islam
2    .      Melupakan perpecahan Internal
3    .      Menambah pemahaman terhadap Islam
Atau kita menunggu datangnya musuh bersama itu, baru kita Bersatu??

Nah sekarang yelnya ganti
Islam di dadaku
Islam kebanggaanku
Ku yakin hari ini kita menang

Jumat, 18 November 2011

Wahai Ibuku


Tumpukan kertas tergelatak dihadapanku. Di kursi kayu ini aku memikirkan apa yang harus dilakukan. Sebenarnya yang harus kulakukan itu sudah aku list, sebagian sudah terlaksana, ada yang benar-benar selesai, ada juga yang hanya sebagian kecil dan sebagian besar. Masalahnya tugas yang harus kukerjakan baru kuselesaikan sebagian kecil, karena bahan yang kucari di mbah google tidak sesuai dengan yang ada dalam gambaranku. Belum lagi undangan dari Forsalma (Forum Silaturahmi Alumni TAMA), yang terus menghiasi layar 5233 ku.Ya TAMA adalah rohis di SMA ku dulu, yang sudah membuatku seperti ini. Isinya adalah undangan untuk sabtu dan ahad ini untuk mengisi di Ngawi. Apa aku ketularan dengan virus yang namanya “galau” ya, sudah sering aku mendengar ini dan melihatnya menjangkiti ke teman-temanku, mulai dari teman 1 angkatan, 1 jurusan, 1 lembaga organisasi, dan kayaknya sekrang menyerang aku. Aku menulis ini pun untuk membuang rasa galau itu. Hitung-hitung waktuku tetap bermanfaat meskipun sedang Galau.

Kebetulan saat ini adalah hari ulang tahun seorang perempuan/wanita/putri yang sangat berpengaruh kepadaku. Yang sudah mengarahkan hidupku, yang sudah membimbing dan menemaniku selama ini hingga tetes keringat terakhir. Ya dia adalah Ibuku yang berulang tahun tepat ke 51 tahun. Selamat ulang tahun ya bu. Semoga panjang umur dan selalu diberkahi oleh Allah SWT dan semoga juga cepat dapat cucu (hehee, maksudnya apa ni). Ya kurang lebih begitulah isi pesan singkatnya yang kukirim kepada beliau. Mohon maaf sekali ya bu hanya itu yang bisa kuberikan dan hanya restumu yang mengantarkan aku hingga terus berjuang di sini. Meskipun ada beberapa pemikiran yang kadang berbeda antara pemikiranku dan ibu, Aku akan mencoba untuk memberikan pengertian kepada Ibu, agar kita bisa mencapai tujuan akhir kita bersama, apalagi kalau bukan surgaNya.

Langsung saja setelah itu ibuku telpon ke 5233 milikku.
Assalamualaikum, ya bu?? Jawabku
Aku langsung saja diberondong dengan pertanyaan yang sering kudengar
Le, gimana?disana sehat kan? Jangan sampai sakit
Makan yang teratur ya?
Sudah ikut les bahasa inggris belum? Itu penting lo untuk TOEFL mu?
Gimana sekarang sudah nyususn-nyusun tugas akhir?
Sekarang sibuk apa? Masa tiap hari rapat terus?

Aku Cuma bisa mengatakan “iya bu, insya Allah”
Oh iya, aku juga buat puisi untuk Ibuku meskipun amatiran

Ibu aku disini karenamu

Aku disini karena perjuanganmu
Aku disini karena keringat dan kerja kerasmu

Meskipun kadang berseberangan pemikiran
Itu tidak akan menjadi halangan
Untuk terus berbakti

Maaf atas semua kesalahan
Hanya doa dan restu ibu yang kuharapkan

Seperti apapun ibu kita, beliau tetap ibu kita, kita harus tetap berbakti kepadanya dengan sesuai ajaran Islam. Seperti kisah salah seorang sahabat rasul ketika dia diancam oleh ibunya.
Anakku, kau memilih agamanya Muhammad atau mengikuti agama nenek moyangmu, bila kau memilih Muhammad, maka aku akan bunuh diri.
Dan dengan tegas sahabat rasul tersebut berkata. Wahai ibuku, meskipun engkau memiliki sembilan nyawa, aku akan tetap berada pada ajaran Islam ini tapi aku akan tetap menghargai dan berbakti kepadamu karena kau adalah ibuku.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates