Jumat, 02 Mei 2014

KE ARAH MANA KEBIJAKAN TRANSPORTASI NASIONAL AKAN BERGERAK ?

Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk menulis kembali, setelah vacum dari dunia tulis menulis selama kurang lebih beberapa bulan.

Entah disadari atau tidak ditengah peringatan Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh tanggal 1 dan 2 Mei ini terdapat perbedaan yang cukup mencolok,dimana pada tanggal 1 Mei 2014, untuk pertama kalinya menjadi hari libur nasional, sedangkan PR di dunia pendidikan yang mewajibkan belajar 12 tahun pun masih belum dirasakan oleh seluruh elemen masyrakat Indonesia.

Tapi disini yang akan ditulis adalah tentang dunia transportasi, yaa... dunia yang jarang diperbincangkan kecuali tentang macet, tapi seorang ahli manajemen transportasi yang merupakan salah satu sarana penting untuk membuat masyarakat merasa nyaman dalam berkendara juga sulit untuk ditemukan. Bila ditanya terkait minyak dan gas bumi, maka hal itu bisa ditanyakan kepada lulusan Teknik Kimia atau Teknik perminyakan. Tentang konstruksi bisa ke lulusan Teknik sipil, tentang makhluk hidup bisa bertanya ke lulusan Biologi. Tetapi bila terkait transportasi ?? bisakah bertanya kepada Teknik Industri, Teknik sipil atau jurusan lainnya?? Hampir bisa dipastikan bahwa manajemen transportasi di Indonesia tidak ada ilmunya, kecuali belajar dari buku-buku terbitan luar negeri. Atau mungkin dari jurusan Transportasi Laut ITS yang jurusannya baru dibuka beberapa tahun terakhir?? Tapi itu kan khusus untuk di laut, bkan di darat. Pernahkan mendengar Sekolah Tinggi Transportasi Darat yang ada di Bekasi. Sepertinya masih belum familiar, padahal itu ikatan dinas lho....

Bermula dari perjalan Bandung-Jakarta hari ini (30 April 2014) yang sangat baru...., ya baru karena saat itu menggunakan kereta api dari Stasiun Bandung, Argo Parahyangan. Maklum selama ini sangat jarang sekali merasakan perjalanan jarak jauh menggunakan kereta api, kecuali sekitar Jabodetabek dengan menggunakan Commuter Line, itu pun hanya di akhir pekan, bukan kendaraan utama selama berkantor di daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur. Suasana yang dingin dan rapi pun tampak dengan jelas saat memasuki gerbong ini. Kereta jurusan Bandung-Jakarta saja seperti ini, apalagi yang Jakarta-Surabaya yang jaraknya lebih jauh, pastinya sisi kenyamanan lebih baik.

Dari atas jembatan


Bentangan Sawah

Saat duduk di kursi yang sesuai dengan yang tertera di tiket, saat itu juga di kursi tersebut sudah tersedia tabloid tentang transportasi, dibukalah halaman demi halaman, lembar demi lembar. Headline awal membahas Bandara Ahmad Yani di Semarang yang akan diperluas. Tapi karena kesimpangsiuran informasi yang diterima dan salah persepsi antara Gubernur Jawa Tengah, Menteri BUMN dan Pakar Transportasi, peletakan batu pertama urung dilakukan. Disatu sisi semarang ingin mandiri dengan bandaranya yang akan segera diperluas dan diinternasionalkan, tetapi disisi lain, lahan yang ada di sekitar Bandara Ahmad Yani merupakan tanah milik TNI dan merupakan bekas rawa.

Pakar Transportasi cenderung kurang setuju dengan perluasan bandara ini, Lebih baik mengintegrasikan Bandara Adi Soemarmo yang ada di kab. Boyolali dengan Semarang. Dimana jarak Semarang-Bandara Adi Soemarmo tidak lebih dari 100 km, sehingga bisa mencontoh Medan dengan Kualanamunya. Maka, dengan waktu hanya kurang lebih sekitar 45 menit, antara semarang dengan Adi Soemarmo pun bisa terhubung. Atau dengan melalui jalan tol Semarang-Solo, maka jalur kendaraan darat pun akan bisa terakses lebih cepat dibandingkan dengan jalan raya biasa.

Mana yang lebih bisa menghemat anggaran ? Mana yang lebih menguntungkan masyrakat ? Antara menginternasionalkan bandara atau mengintegrasikan transportasi.

Disisi lain, proses double track rel KA, Jakarta-Surabaya sudah tersambung, bandingkan dengan keinginan lainnya tentang jalan tol Jakarta-Surabaya yang belum kelihatan ujungnya, sebagian besar ruas jalan tol yang ada masih dalam tahap pembebasan lahan. Bila dengan double track rel KA hanya membutuhkan lahan sekitar 20 m, maka bandingkan dengan jalan tol yang membutuhkan lahan sekitar 50 m untuk 4 lajur.

Mana yang lebih menguntungkan antara menata lahan untuk double track rel KA atau membebaskan lahan untuk jalan tol ?

Mari Dilihat Kearah Mana Kebijakan Perkembangan Transportasi Nasional yang akan dituju....

Bila nanti menengok sedikit keluar jawa, disana akan ada mega proyek JSS (Jembatan Selat Sunda) dan Jalan Tol Trans Kalimantan. Bagaimana bila mengembangkan dan memajukan dahulu kapal feri dan pelabuhan yang ada. diperbanyak dan diremajakan kapalnya. Atau perlukah Jalan Tol Trans Kalimantan dibandingkan memperbaiki dahulu jalan Trans Kalimantan yang ada sekarang, Luas jalan yang ada di Kalimantan sekarang pun masih sanggup menerima banyaknya kendaraan disana, hanya tinggal kualitasnya yang perlu ditingkatkan.

# Sambil menikmati bentangan sawah yang hijau dan indah sepanjang Bandung dan diantara proses double track Jakarta-Bandung....
# Foto yang diambil merupakan hasil dari camera HP, dimana antara obyek dan kamera terhalang oleh kaca jendela KA
Tiket kereta



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates