Sabtu, 27 Agustus 2011

Part 1


Tangerang Selatan –
TIDAK ADA KATA TERLAMBAT DALAM MENGEJAR SESUATU

Puncak arus mudik di daerah cikampek mencapai pincaknya pada hari ini, jumat 26 Agustus 2011. Hingga pukul 23.00, banyak pemudik yang memadati jalan-jalan utama. Jumlah pemudik diperkirakan akan terus bertambah hingga besok Sabtu, baik yang menggunakan mobil pribadi ata sepeda motor. Petugas kepolisian pun berjibaku untuk terus mengatur keadaan lalu lintas dengan mengalihkan ke jalur lain, sistem buka tutup dan jalur 3-1.

Seperti itulah semua berita menampilkan berita-berita terkait arus mudik 2011 yang mulai mengalami puncaknya di H-3 lebaran 2011 ini.

Bila kita melihat, fenomena mudik ini, maka hal ini sepertinya hanya terjadi di Indonesia saja. Ya mudik sudah menjadi suatu tradisi rutin bagi warga Ibu kota untuk saling bersilaturahim ke kampung halaman setelah selama satu tahun mengais rejeki di buasnya kehidupan Ibu kota. Banyak warga Ibu kota yang rela untuk bermacet-macet dan berpanas-panas ria di jalan untuk mengunjungi keluarga di tempat asalnya meski hanya 2 atau 3 hari. Bila kita melihat arti dari mudik itu sendiri, maka yang dapat kita ambil adalah rasa kekeluargaan yang ada di warga Indonesia. Rasa bakti kepada orang tua di kampung menjadi hal yang harus dilakukan. Mereka teringat bagaimana dulu di kampung, untuk mencari sesuap nasi saja sulit, akhirnya jadilah mereka merantau ke kota besar, mencari rezeki disana. Sekarang ketika sudah menjadi orang besar, mereka harus ingat, darimana mereka berasal. Karena pada akahirnya mereka juga akan kembali kepada asalnya. Bahkan tak lupa mereka juga mengajak anak2 mereka untuk berkunjung ke kampung orang tuanya. Hal itu untuk memberikan suatu pelajaran berharga untuk belajar darimana kehidupan asal orang tuanya berasal. Meskipun anak2 lahir di kota besar dan besar disana, anak2 juga harus tahu tentang kehidupan sebenarnya dan menyambung tali silaturahim secara berkelanjutan. Karena dengan ritual mudik, anak2 akan kenal dengan keluarga besar orang tuanya sehingga kelak ketika orang tuanya meninggal, anak2 tetap bisa menjalin tali silaturahim dengan keluarga yang lain.

Saat menginjakkan kaki di tanah perumahan Bermis Serpong Asri (tempat dimana orang tuaku tinggal dan selama 7 tahun aku berada disini), tata ruang yang kurasakan tidak jauh berbeda. Desain jalan, sebagian besar belum beraspal, lapangan dengan tanah merahnya dimana disekelilingnya ditumbuhi semak2. Tiap sore Aku dan teman2ku bermain di lapangan itu. Bahkan ketika Aku mengunjungi masjid Izharul Haq di komplek rumahku, masjid itu tidak berubah secara besar-besaran. Aku masih ingat ketika dulu Aku dan teman2 sebayaku mengaji disana setiap sore. Apakah suasana itu masih ada disini ya… Bahkan ketika azan berkumandang pun aku masih ingat dengan suara khas Takmir masjidnya. Setelah sholat, Aku bertemu dengan kawan lamaku, kawan yang selama 3 tahun duduk di bangku SD yang sama. Hanya 15 menit Aku bernostal gia dengannya. Dan suasananya di komplek perumahanku juga agak berbeda. Sekarang anak2 seusiaku sudah tumbuh dewasa dan Aku tidak lagi mengenali anak2 kecil sekarang. Ah generasi sekarang mulai berganti. Dan semoga menjadi lebih baik.

Masih ingat dengan kasus-kasus mafia yang ada di negeri ini? Ya semoga dengan gencarnya berita mudik ini bukan berarti pengalihan isu media nasional dalam mengabarkan kasus2 yang terus-menerus melanda negeri tercinta. Sudah terlalu banyak konspirasi-konspirasi yang mengaburkan warga Indonesia. Sudah seharusnya kita melek media dan mampu membedakan mana berita yang hanya sekedar pengalihan isu atau berita yang benar2 isu dan kita harus mengetahuinya.

Rabu, 17 Agustus 2011

Sebentar Lagi

SURABAYA - TANGERANG - BOYOLALI - NGAWI - JOGJA - SURABAYA

tunggu beritanya . . .
jangan lewatkan, langsung dari blog ini.

Dari Anak Tangga


Terdiam duduk di atas lantai putih, ditemani dengan hembusan angin dan bergesekannya daun-daun. Cuaca panas tetap setia menemani dengan akrab kota Surabaya di tengah ancaman global warming.
Daun bergoyang tertiup angin dan menurut saja terhadap hembusannya. Wahai Robbi, Engkaulah pemilik semuanya. . .

Ketika Aku masih berada di tempat KP (Chevron), siapa tahu bisa kerja disana. Pertama-tama yang dilaksanakan perusahaan adalah memberikan penjelasan tentang peraturan perusahaan dan personal safety. Ada satu hal kecil yang masih Aku ingat, yaitu, Saat naik atau turun lewat tangga. Semua orang wajib berpegangan dengan pegangan yang ada di tangga. Dan kalau tidak, maka sudah pasti ada yang mengingatkan.

Lalu aku mencoba untuk mengetes.iseng2 ja.hee. Aku tidak berpegangan pada pegangan yang ada di tangga. Baru melewati 2 anak tangga, Aku sudah diteriaki sama satpam. “Mas pegangan mas”. Spontan saja Aku langsung pegangan. Ya selama 30 hari berada disana, membuat Aku jadi terbiasa untuk berpegangan saat naik atau turun tangga. Seperti sudah menjadi kebiasaan. Memang sie sepertinya sepele, tapi kalau Aku lihat dari maksudnya perusahaan itu bagus juga. Yaitu meminimalkan kecelakaan seminimal mungkin. Dan akhirnya, hal itu membuat pegawai disana menjadi terbiasa (anak yang KP ja jadi terbiasa, apalagi pegawainya)

Disisni kita bisa melihat, bahwa untuk merubah sesuatu itu sebenarnya cukup mudah yang penting harus berkelanjutan dan bertahap dan terus menerus. Ketika itu sudah terus menerus, maka kebiasaan itu akan terbentuk dan menjadi sifat kita pula. Karena apa, ketika kita terus dimasukkan dengan gambaran atau perlakuan sekecil apapun tapi terus menerus maka hal itu akan lebih bermakna, lebih berpengaruh daripada melakukan hal yang besar tapi Cuma sekali

Minggu, 14 Agustus 2011

Resume "Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan Kami"


Sampaikanlah walau satu ayat

Orang yang baik adalah orang yang bermanfaat untuk sesamanya

Tidak ada kebaikan walaupun sekecil apapun yang tidak dibalas oleh Allah, begitu juga tidak ada keburukan yang kecil yang tidak akan dibalas oleh Allah.

Allah SWT menjelaskan tiga kelompok manusia dalam masalah ini.
1.      Mereka adalah, kelompok penyeru dakwah yang salih,
2.      kelompok salihin tapi tidak menyerukan dakwah 
3.      orang-orang yang mengingkari dakwah

Nash Al-Qur’an itu merupakan peringatan bagi kami. Bahwa meninggalkan peran dakwah, tidak pernah diterima apapun alasannya. Bahkan bisa jadi sikap tersebut menundang kemarahan Allah (Musafir fi Qithari ad Da’wah, Dr. Abdil Abdullah Al Laili, 195).
Ada pula hadits Rasulullah SAW yang lainnya, Abu Bakar RA mengatakan, “ Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya manusia jika mereka melihat kemungkaran dan mereka tidak merubahnya, dikhawatirkan mereka akan diratakan oleh Allah SWT dengan azab-Nya”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Jadi jelaslah bahwa Allah tidak hanya ingin melihat hambaNya sekedar sholeh tapi harusnya muslih (mensholehkan orang lain). Bahkan kalau kita tidak saling mengingatkan satu sama lain, maka kita juga menerima dosa. Bahkan ada satu riwayat dimana bisa saja, suatu bencana ditimpakan kepada suatu kaum karena orang salih yang ada disana tidak ingin menyebarkan apa yang telah iya dapatkan. Kesalihannya hanya untuk dirinya sendiri.

Tiga Karakter Penempuh Perjalanan
1.      Kelompok Zaalimun Li Nafsihi, adalah orang-orang yang lalai dalam memepersiapkan bekal perjalanan. Mereka enggan untuk mengumpulkan apa-apa yang membuatnya sampai tujuan.
2.      Kelompok Muqtashid, adalah mereka mengambil bekal secukupnya saja untuk bisa sampai ke tujuan perjalanan. Mereka tidak memperhitungkan bekal apa yang harus dimilki dan mereka bawa jika ternyata mereka harus menghadapi situasi tertentu, yang menyulitkan perjalanannya.
3.      Kelompok Saabiqun Bil Khairaat, yakni orang-orang yang obsesinya adalah untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Mereka membawa perbekalan dan barang dagangan lebih dari cukup karena mereka tahu hal itu akan memberi keuntungan besar baginya. Selain itu mereka juga tahu bahwa di tengah perjalanan ini, sangat mungkin mereka mengalami situasi sulit yang membutuhkan perbekalan tambahan.  (Thariqul Hijratain, 236).

Dakwah ini merupakan jalan yang panjang, tidak akan ada yang tahu akan ujungnya, dan semua kewajiban harus dilaksanakan. Dakwah tidak memerlukan kita, tapi kita yang memerlukan dakwah, tanpa kita, dakwah akan tetap berjalan sesuai jalanNya. Teruslah berdakwah, menyeru kepada kebaikan hingga kefuturan itu akan futur dengan sendirinya, agar malas itu malas mendatangi kita. Bahkan bila kita sudah mengerti tentang jalan dakwah ini maka, kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang diberikan. Maka bila sudah selesai dengan satu urusan maka kerjakanlah urusan yang lain.
Kebersamaan kami di jalan ini adalah karena kehendak kami untuk ambil bagian dalam bangunan besar ini. Maka, sebagaimana proses membangun sebuah bangunan pada umumnya, tukang batu pasti akan memilah-milah batu bata mana yang akan ia tempatkan pada bangunannya. Tak semua batu bata diletakkan pada posisi yang tinggi, dan tidak juga harus semuanya ada di bawah. Bahkan terkadang si tukang batu, akan memotong batu bata tertentu jika dibutuhkan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong guna melengkapi bangunannya. firman Allah “ Jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia (Allah) menolong kalian dan mengokohkan pijakan kaki kalian.” (Muhammad 9)

Kebersamaan Kami Terikat Lima Hal
Pertama, Rabithatu al ‘aqidah (Ikatan Aqidah). Tali ikatan aqidah islamiyah yang menyatukan kami dengan jalan ini. Kesamaan imanlah yang menghimpun dan mengikat kami bersama saudara-saudara kami di sini.
Kedua, Rabithatu al fikrah (ikatan pemikiran). Sejak awal, kebersamaan kami di jalan ini memang dibangun oleh kesamaan cita-cita dan pemikiran. Kami disatukan oleh kesamaan ide, gagasan, keinginan dan cita-cita hidup yang kami yakini merupakan sarana yang bisa menyampaikan kami kepada keridhaan Allah SWT.
Ketiga, Rabithatu al ukhuwwah (ikatan persaudaraan). Tak ada yang melebihi warna jiwa kami setelah keimanan kepada Allah, kecuali suasana persaudaraan karena Allah SWT di jalan ini. Kami di jalan ini, terikat dengan ruh persaudaraan yang tulus. Ruh persaudaraan yang tersemai melalui kebersamaan kami berjalan dan memenuhi banyak tugas-tugas dakwah yang kami jalani. Kami berharap, persaudaraan kami di jalan ini adalah seperti yang digambarkan oleh Rasulullah, tentang golongan orang-orang yang dinaungi Allah di hari kiamat. Di mana salah satu golongan itu adalah : Orang yang saling bercinta karena Allah, bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah SWT.
Keempat, Rabithatu at tanzhim (ikatan organisasi). Perencanaan dan keteraturan langkah-langkah kami di jalan ini, sudah tentu menandakan kami harus pula memiliki sebuah organisasi yang mengatur kami. Dalam organisasi dakwah ini, berlakulah ketentuan sebagaimana orang yang bekerja di dalam sebuah perusahaan, dan harus terikat dengan ragam peraturan yang diberlakukan. Seperti itulah kebersamaan kami di jalan ini.
Kelima, Rabithatu al ‘ahd (ikatan janji). Dijalan ini, kami masing-masing telah mengikrarkan janji. Janji yang paling minimal adalah janji yang tercetus dalam hati kami, dalam diri kami sendiri, kepada Allah SWT. Atau bahkan, juga janji kepada saudara-saudara perjalanan untuk tetap setia dan mendukung perjuangan. Kami terikat dengan dua jenis janji itu.

Jika olahragawan bisa mengalami masa pensiun karena usianya yang renta dan kekuatan fisiknya yang melemah. Jika seorang pegawai akhirnya menemui saat pensiun karena usianya telah melewati batas ketentuan umum kepegawaian. Jika seorang artis harus meninggalkan pentas karena keterampilan dan keindahan aktingnya telah digerogoti usianya. Tapi para juru dakwah, tidak mengenal kamus pensiun dan berhenti dari panggung dakwahnya. Kami dan saudara kami di jalan ini tidak mengetahui ada kondisi yang mengharuskan kami mundur dari gelanggang dakwah karena faktor usia, kemampuan fisik yang menurun, pikiran yang sulit difungsikan secara maksimal, atau bahkan karena kondisi eksternal yang memaksa kami untuk mundur. Singkatnya, kondisi apapun tidak akan menyebabkan kami ‘uzlah atau pergi meninggalkan jalan ini.

Inilah Jalanku


Berawal dari perkataan seorang teman. Tepat berada di sebelah pojok salah satu sudut masjid. Masjid yang menjadi pusat kegiatan yang berada di Kampus. Masjid yang selama ini menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang masih teguh untuk menegakkan agamaNya di jalan yang semakin banyak rintangan. Masjid di kampus perjuangan ITS yang terus berlalu untuk membawa perubahan kea rah yang lebih baik sesuai dengan jendela Masjid ini yang terus dibersihkan dalam menghadapi hembusan-hembusan angin. Melindungi penggunanya dari tiupan angin kering yang bergejolak setiap waktu. Kamis pagi pukul 06.00, beberapa orang sudah berkumpul di ruang tersebut untuk membahas hal-hal yang akan dihadapi kedepannya. Apalagi kondisi internal kampus yang masih dalam masa peralihan.

Dakwah kampus adalah hal yang tidak asing lagi bagi aktivis dakwah. Entah itu disekolah atau di kampus, pasti hal yang dilakukan kurang lebih sama. Hal yang berbeda adalah obyek yang kita hadapi dan strategi pada tiap-tiap kondisi. Tapi memasuki masa-masa semester akhir, inilah hal ang terberak yang dihadapi aktivis dakwah teutama aktivis dakwah kampus, dimana pada masa setelah wisuda sarjana, maka hal yang selanjutnya dihadapi adalah masa menunggu pekerjaan itu tiba. Seharusnya dengan adanya link yang cukup banyak sesame ADK atau alumni ADK maka bukan tidak mungkin masa ini dialami dengan singkat. Tapi tentu saja, usaha maksimal dari diri sendiri sangat dibutuhkan. Aku jadi teringat suatu kisah nyata.

Sebut saja fulan bin fulan sudah mendekati masa-masa wisuda sarjananya. Istilahnya ada waktu senggang antara ujian TA yang terakhir (dan dinyatakan lulus dengan revisi) dengan hari wisuda berkisar 2 bulan. Waktu yang cukup untuk mencari dengan sungguh suatu pekerjaan yang layak untuknya. Apalagi dia seorang ADK yang mempunyai prestasi yang cukup bagus. Semua persyaratan umum yang dibutuhkan untuk melamar kerja sudah disiapkan. Ijazah, nilai TOEFL, CV, sertifikat. Akan tetapi Allah belum memberikan kesempatan itu. Adik kelasnya meminta fulan untuk menjadi mentor selama satu semester karena dijurusan fulan berasal kekurangan mentor. Antara kebimbangan yang sangat bingung. Antara takut ditanyakan orang tua, tuntutan alur kehidupan, Malu dengan diri sendiri karena masih minta kepada orang tua dan berbagai pikiran didalam pikirannya.  Akhirnya dia memilih dakwah, ya fulan lebih mengajari adik-adik barunya untuk belajar lebih jauh tentang Islam. Tidak ada keraguannya sedikit pun di hatinya.Setelah empat bulan, tiba-tiba ada seseorang yang memberikan surat kepadanya yang isinya sungguh diluar dugaan. Selama empat bulan fulan tidak pernah memikirkan pekerjaan kedepan, tiba-tiba saja surat panggilan itu datang sendiri. Bahkan segala persyaratan yang dibutuhkan dikirim nanti saja. Yang penting mengisi pekerjaan dulu. Subhanallah . . .

Ya begitulah Allah telah memberikan jalan kepada orang-orang pilihanNya. Tapi ingat juga teman, dakwah tidak mengenal usia. Dakwah tidak mengenal pensiun, dakwah tidak menginal tempat dan waktu. Setiap hari dakwah harus tersampaikan. Tidak aka nada libur, tidak aka nada bersantai-santai. Setiap waktu harus direncanakan membahas strategi yang tepat untuk menyampaikan.

Itu merupakan salah satu poin dalam dakwah dimana Allah bisa menolong hambaNya…

Tapi ingat teman, ketika kita sudah bisa melewati suatu ujian maka Allah akan memberikan ujian yang akan lebih sulit dan sulit lagi. Sama seperti seorang dosen, dimana dia akan memberikan soal-soal hingga mendekati limit berpikir yang bisa dipecahkan anak didiknya. Dengan begitu dosen itu akan lebih tau segala kemampuan yang dimiliki anak didiknya.

Setelah dakwah kampus, lalu pekerjaan, lalu keluarga, dan itulah yang akan dihadapi. Tidak hanya berhenti pada suatu titik saja. Dan dakwah tidak pernah mengenal kata berhenti. Seperti suatu kapal laut yang berlayar di samudera luas, apabila kondisi kapal itu kotor atau bahkan dalam kondisi terburuk, apakah kita akan menceburkan diri kita ke laut??

Rabu, 03 Agustus 2011

Nostalgia . . .


 
 
 
 
 
Ukhuwah juga penting....
 
 
 
 
 
 
 
 
Saat mengikuti workshop dari Kemenristek RI

Survei Hidrografi














PSI 3, Salah satu agenda Kaderisasi JMMI ITS

Closing Ceremony antara SC dan OC RDK 31JMMI ITS

Senin, 01 Agustus 2011

Kembalikah Ia?


Jam menunjukkan pukul 13.07 WITA, dimana matahari sudah berjalan lewat tepat diatas kepala. Langit cerah masih menghiasi kota Balikpapan dengan mottonya, kubangun, kujaga, kubela. Angin berhembus sepoi-sepoi membuat Aku sedikit teringat-teringat kejadian yang pernah Aku alami, rasanya Aku kangen dengan semua itu.

Tak terasa, sudah satu bulan lebih aku telah meninggalkan pulau jawa, pulau dimana Aku dibesarkan dengan banyak kisah didalamnya. Tujuanku ke Pulau Kalimantan ini hanya untuk sekedar OJT / KP di salah satu perusahaan yang  bergerak dibidang migas. Meeskipun hanya satu bulan, tetapi ilmu yang didapat sungguh sangat bermakna yang mungkin tidak akan aku dapatkan di pulau Jawa. Dengan membawa misi rahasia dan semoga Allah mengabulkannya, aku pergi berdua dengan teman sekelompokku.

Balikpapan merupakan salah satu kota besar di Kalimantan (Mungkin lebih besar dari Samarinda), dimana daerahnya berbukit-bukit, Bahkan dari daerah Kantor Utama Chevron, Aku bisa melihat gambaran Balikpapan yang cukup menarik. Suasananya memang panas, tetapi tidak seterik dan sepanas Surabaya. Untuk biaya hidup, sekitar 15 – 25 ribu per porsi (setara dengan 5 – 10 ribu kalau di Surabaya). Di Balikpapan juga masih kental dengan adatnya, tetapi sudah agak modern, jadinya lewat ormas gitu. Yaitu perang antara Suku Dayak dan Bugis, dan perangnya pun lebih modern. Tidak dalam satu ruangan, tidak dibelang sebuah meja, dan bukan juga adu pemikiran / keahlian. Tapi Adu Badan, alias semacam tawuran langsung. Bahkan polisi pun kerepotan dengan adanya kerusuhan ini.

Obyek Wisata yang pernah dikunjungi

Pantai Manggar
Pantai yang menurut cerita yang Aku dengar sangat bagus dan terkenal di Indonesia. Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk pergi kesana dari kost. Ternyata pantainya cukup indah juga. Banyak ditumbuhi pohon kelapa, tapi katanya kondisi Manggar saat ini tidak sebersih beberapa tahun yang lalu. Disinipun aku sempat bermain Bola dan naik Banana Boat

Penangkaran Buaya
Disinilah jika ingin melihat bagaimana buaya dirawat, letaknya dekat Pantai Manggar. Sekitar 5 – 10 menit dari pantai yang sudah terkenal di Indonesia ini. Disini kita bisa melihat buaya dengan berbagai ukuran. Tiket masuk sebesar 10ribu. Tempatnya agak kecil, tidak seperti yang Aku bayangkan. Oh iya, disini aku bertemu dengan pedagang asal Ngawi, bernostalgia deh jadinya tentang Ngawi. Sudah 7 tahun mas penjual pentol campur telur ini tinggal di Balikpapan. Katanya rumah aslinya di Desa Dawu.

Pasar Kebun Sayur
Kalau yang pernah ke Bali, pasti tahu Pasar Sukowati. Ya seperti itulah Pasar Kebun Sayur. Disini menjual berbagai macam oleh-oleh khas Balikpapan. Mulai dari kaos, gelang, amplang, perlengkapan safety. Yang pandai tawar menawar bisa mengasah kemampuannya disini.

Kilang Minyak
Namanya juga kota minyak, pasti banyak kilang minyak disepanjang garis pantai kota Balikpapan. Pemandangan yang jarang dilihat di Jawa, dimana banyak pipa dan kilang. Dimana aktivitas dalam mengurus migas berlangsung secara continue. Migas dari Balikpapan menghidupi kota-kota dibagian timur Indonesia.

The Balikpapan Plaza Trade Center
Samalah seperti mall-mall seperti biasa, tidak ada yang khas. Cuma disini Aku sempat melihat Harry Potter yang ke tujuh Part 2.  Animonya tidak begitu ramai dibandingkan dengan di Jawa. Tapi kalau Harry sudah bergelut dengan mengurusi reliku kematian, apakah kita sudah siap menghadapi reliku kehidupan. Apakah kita sudah siap dengan tujuan yang kita rencanakan? Langkah-langkahnya?

Santan Terminal
Ini bukan terminal bus lo, tetapi ini adalah suatu terminal yang berfungsi mengurus migas milik Chevron yang berasal dari laut. Ditempat inilah, migas dari laut diproses lebih lanjut untuk dipisahkan anatara kandungan gas, minyak dan air. Saat ini produksi minyak Chevron sudah kurang dari 100ribu barel per hari. Di Santan ini ada beberapa bagian seperti Process Plant, LEX Plant, Construction, Compressor, Laboratory, Dispatch, MESS, dan fasilitas olahraga. Jarak dari Balikpapan sekitar 150 km dan ditempuh dalam 6 jam perjalanan bus. Disini juga tidak boleh sembarangan, harus full safety.

Hutan Mangrove
Kan Lucu kalau Kota Minyak tidak menghargai lingkungan. Maka di Balikpapan pun ada pelestarian hutan Mangrove, Tapi ini masih baru. Baru dibuka tahun 2010. Sehingga tidak banyak orang yang tahu tentang tempat ini. Padahal tempat ini sangat bagus sekali. Kita bisa naik perahu dan mengelilingi hutan mangrove. Saking bagusnya, mungkin kalau disini temapt syuting kayak sungai Amazon gitu ga bakalan kalah. Cocok untuk melepas kepenatan yang ada dalam pikiran.

Saat pamitan pun sudah tiba, semoga kami bisa kembali lagi dibalut dengan doa-doa dari setiap orang yang kutemui. Mungkin ini bagian awal perjalananku berada di Balikpapan, entah kapan aku akan menginjakkan kaki di kota ini lagi.

Terimakasih kepada
Allah SWT
My Inspirator Muhammad SAW
Kedua orang tuaku
Pak Agung (Om Prab)
Pak Suhartono, Pak Dedi Iskal, Pak Christy, Pak Mobin, Pak Heru, Pak Bambang
Pak Suparno, Pak Dedi Menzano, Bu Rusmini, Mas Dwi
Bu Chatarina, pak Yuwono, Pak Eko
Teman-teman JMMI
Teman-teman Teknik Geomatika
Pak Kusyairi, Mas Irfan (T. Kelautan 2007), Mas Dandi, Mas Tommi, Mas Erwin, Mas Irfan
Dan teman-teman yang tidak bisa kusebut. Lakukan yg terbaik

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates